Pada suatu malam, saya datang bertamu ke rumah kakak saya.
Begitu saya masuk, pemandangan yang disuguhkan begitu menggoda; rokok, asbak, kopi, buku, hape, kabel, kertas, bolpen, tas, jajan, botol, telpon, cangkir, dan barang-barang lainnya berserakan begitu saja, mengelilingi seonggok komputer yang diam dan bisu. Seolah-olah barang-barang itu siap dibuang ke tong sampah.
inilah pemandangan yang sangat menggoda tersebut...
“Maaf ya Wie’, saya masih belum sempat ngeberesin barang-barang saya…” ucap kakak saya.
“oh, biasa kak, dikamar saya juga begini kok…” balas saya, santai.
Dan setelah itu, percakapan demi percakapan mengalir hingga saya pamit untuk pulang.
Setelah beberapa hari, saya datang lagi ke rumah kakak saya.
Dan seperti sebelumnya, suasana yang disuguhkan tetap saja menggoda, cuma beberapa barang saja yang tampak pindah dari tempat sebelumnya. Intinya, tetap saja berantakan.
Langsung saja saya bertanya: “lho, kok tetap berantakan kak?”
Sayangnya, saya tidak melihat ekspresi wajah kakak saya…